Kualitas ekosistem dan habitat beruang madu (Helarctos malayanus) sangat memengaruhi hidupnya. Saat ini beruang madu tersebar di kawasan hutan yang luas. Namun habitatnya terdegradasi oleh permukiman warga atau perkebunan.
Seringkali beruang madu masuk ke area pemukiman warga, biasanya beruang masuk ke permukiman warga untuk mencari makanan berupa buah-buahan bahkan memakan hasil perkebunan tebu miliki warga. Tidak hanya itu beruang juga sering merusak dan memakan sarang lebah milik petani budi daya lebah.
Keberadaan beruang madu memang penting untuk ekosistem habitatnya. Saat ini penyusutan habitat beruang madu salah satunya karena deforestasi besar-besaran. Hal ini sangat berpengaruh terhadap fungsi beruang madu sebagai pemencar tumbuhan hutan. Perilakunya ini sangat berperan dalam meregenerasi hutan sebagai penyebar biji buah-buahan.
Morfologi dan Persebaran
Beruang madu merupakan spesies beruang terkecil di dunia, bobot beruang betina mencapai 25 kg sementara jantan bisa mencapai 67 kg dengan panjang tubuh berkisar dari 1.000 sampai 1.400 mm. Sepintas beruang madu memang nampak tidak memiliki ekor, tetapi ekornya berukuran 30 sampai 70 mm saja.
Walaupun spesies beruang terkecil di dunia, beruang madu tetap berbahaya dengan memiliki taring dan cakar yang besar. Selain itu, hewan dengan nama latin Helarctos malayanus ini memiliki lidah yang panjang yang sangat penting bagi beruang madu mencari makan.
Ciri khas beruang madu berada pada leher beruang ini yang memiliki corak berwarna kuning keemasan dengan bentuk huruf āVā atau āUā. Seluruh tubuhnya berwarna hitam pekat, tetapi tidak dengan wajah garangnya yang berwarna cokelat muda pada sekitar hidungnya.
Pada bagian kepala dan belakang telinganya terdapat rambut dengan bentuk seperti lingkaran. Beruang memiliki telapak kaki yang lebar serta cakar melengkung dan besar.
Beruang madu terdapat di Sumatera dan Kalimantan. Selain di Indonesia, beruang juga tersebar di Brunei Darussalam, Kamboja, India, Laos, Malaysia, Myanmar, Thailand, Vietnam dan Bangladesh.
Perlindungan dan Keberadaannya di Alam
Melansir situs The International Union for Conservation of Nature (IUCN) beruang madu masuk dalam klasifikasi rentan punah (vulnerable). Dalam situs The Convention on International Trade in Endangered Species (CITES) masuk kategori appendix I. Yang artinya status populasinya dapat menurun jika ekosistem habitatnya terus tergerus oleh deforestasi dan fragmentasi habitat.
Tak hanya itu, beruang madu seringkali menjadi sasaran para pemburu di hutan untuk diambil empedunya. Konon empedunya ini bermanfaat untuk menambah daya tahan tubuh. Melansir berbagai sumber, empedu beruang dapat memulihkan gangguan detak jantung tidak normal pada orang yang mengalami serangan jantung.
Penelitian Imperial College, London lakukan menunjukkan asam ursodeoxycholic (UDCA) dapat digunakan untuk menangani detak jantung tidak normal.
Karena kegunaan batu empedu beruang, banyak awam yang mencari secara ilegal untuk mendapatkan benda tersebut. Tetapi tidak melihat fungsi beruang di ekosistem.
Padahal di alam, beruang sangat berperan menyebarkan biji buah-buahan yang mereka makan sehingga membantu regenerasi tumbuhan penyusun ekosistem hutan.
Penulis : A. Zenobia Anwar
Editor : Ari Rikin
Sumber: berbagai sumber