Konflik masyarakat dengan satwa, masih kerap terjadi. Salah satunya pada masyarakat yang hidup berdampingan dengan sungai.
Buaya muara (Crocodylus porosus) yang hidup di sungai-sungai Indonesia dan sering kali dijumpai di laut dekat muara. Buaya ini merupakan spesies paling beringas yang ada di Indonesia. Tidak kenal usia, sejak menetas, buaya ini sudah memiliki sifat tersebut, tidak heran jika sering memangsa korban.
Keunikan dan Perilaku Buaya Air Asin
Buaya muara merupakan bukti evolusi 100 juta tahun yang lalu. Buaya pernah duduk di puncak rantai makanan di era Mesozoikum. Mereka dapat bertahan hidup pada era esteroid. Maka dari itu semua yang ada pada buaya merupakan adaptasi evolusi mereka sehingga dapat bertahan hingga saat ini.
Mereka tidak akan bisa beradaptasi jika mereka tidak memenuhi kebutuhan nutrisinya. Buaya bisa melahap mangsanya tanpa mengunyah. Mangsa buaya akan memenuhi ruang rahangnya. Lalu buaya menambahkan sedikit kerikil dan bebatuan untuk membantu mencerna dan memecahkan makanan di dalam perutnya.
Meski tergolong satwa kuat, buaya juga bisa mengeluarkan air mata. Sehingga tak heran muncul istilah air mata buaya. Istilah tersebut benar adanya, peneliti zoologi UF Kent Vliet menjelaskan, air mata pada buaya disebabkan oleh napas yang terengah-engah seperti layaknya perilaku reptil sedang makan mangsanya.
Hal menarik lainnya, buaya memiliki kecerdasan yang luar biasa. Mereka andal mengintai sebelum akhirnya menerkam mangsanya. Buaya muara ini tersebar luas di Indonesia, terutama pada daerah yang memiliki sungai besar seperti Kalimantan.
Morfologi dan Perilaku
Buaya muara memiliki ekor yang panjang untuk membantu bermanuver di air. Selain itu biasa digunakan juga untuk menyerang mangsa dan mempertahankan dirinya sendiri. Warna tubuh mereka sangat menawan, dengan warna cokelat hingga hitam dengan corak yang bervariasi sesuai usia mereka.
Dengan ukuran yang tidak kecil, buaya muara jantan bisa mencapai 4 meter. Sedangkan buaya betina 2,2 meter. Di habitat alaminya, mereka dapat hidup hingga 10-15 tahun. Saat usia dewasa, mereka melakukan reproduksi antara akhir tahun hingga awal tahun saat cuaca lembab dan hujan.
Buaya berkembang biak dengan cara bertelur. Pembuahannya mereka lakukan di dalam air diawali dengan perkelahian antara betina dan jantan. Saat birahi, buaya jantan membenturkan kepalanya kepada tubuh betina. Terbilang sulit untuk mendeteksinya, karena mereka lakukan di dalam air.
Ancaman dan Perlindungan
Melansir situs The International Union for Conservation of Nature (IUCN), Saltwater crocodile atau buaya air asin ini memiliki tren populasi yang terbilang stabil sehingga buaya ini masuk dalam kategori sedikit perhatian (least concern).
Selain itu the Convention on International Trade in Endangered Species (CITES) juga menyatakan, Crocodylus porosus masuk apendiks II dalam status konservasi perdagangan satwa. Artinya daftar spesies tidak terancam kepunahan, tetapi mungkin terancam punah bila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan.
Sejalan dengan status konservasi populasinya secara internasional, Indonesia juga memasukan buaya muara ini dalam Peraturan Menteri KLHK No P.106 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
Penulis : A. Zenobia Anwar
Editor : Ari Rikin