Ular Naga Jawa, Satwa Nyata Bukan Dongeng

Ular Naga Jawa, Satwa Nyata Bukan Dongeng

Negeri dongeng menyimpan banyak cerita. Salah satunya tentang satwa yang bisa menyemburkan api dan terbang di antara awan-awan langit. Pasti sudah bisa menebak satwanya? Ya betul sekali, ular naga.

Namun ular naga yang kali ini kita bahas bukan berasal dari negeri dongeng tapi dari Pulau Jawa, yaitu ular naga jawa (Xenodermus javanicus). Mengapa disebut ular naga? Yuk simak ulasannya berikut ini!

Ular naga jawa merupakan reptil yang tidak memiliki bisa dan berkembangbiak secara bertelur dengan jumlah yang banyak.

Ular ini merupakan satu-satunya spesies yang termasuk dalam famili Xenodermidae dengan terbagi ke lima genus yaitu, Achalinus, Fimbrios, Parafimbrios, Stoloczkia dan Xenodermus.

Genus Achalinus memiliki anggota spesies paling banyak. Sementara yang lainnya hanya memiliki satu sampai dua spesies saja dari setiap genus di famili Xenodermidae.

Morfologi dan Karateristik

Ular naga ini memiliki kulit yang lebih kasar dari ular yang lain. Secara kasat mata kulitnya mirip dengan biawak. Di daerah perut dan punggungnya ada barisan sisik berjajar rapi sepanjang tubuhnya. Tonjolannya ini kerap disebut hemipenial.

Ukuran tubuhnya tidak besar. Panjangnya kurang lebih 50 cm, ukuran betina lebih besar daripada jantan.

Nama Xenodermus pada ular ini Johannes Tehodor Reinnhardt pada tahun 1836 ambil karena karakteristik tubuhnya yang unik. Xenodermus artinya “kulit aneh”.

Ular yang termasuk dalam genus Xenodermus ini memiliki warna keabu-abuan. Warna perutnya krem dengan corak berupa bintik-bintik hitam.

Meskipun tidak berbisa, ular ini sebaiknya tidak manusia pelihara. Selain berbahaya, ular ini mudah stres. Mereka lebih menyukai tinggal di habitat aslinya.

Habitat dan Adaptasi

Habitat dengan kondisi udara sejuk, ketinggian di atas 1.000 mdpl serta daerah lembab dekat bebatuan dan aliran air sangat ia sukai. Sebab mereka sering bersembunyi di daerah bebatuan.

Wilayah sebarannya ada di sebagian Pulau Sumatra, Kalimantan, Jawa dan beberapa pulau kecil di Indonesia. Selain itu ular ini termasuk dalam satwa endemik tetapi tidak menutup kemungkinan keberadaannya ada di Semenanjung Malaysia dan Thailand.

Ular ini memiliki tingkat sensitivitas tinggi terhadap perubahan iklim sekitarnya, sehingga keberadaannya sangat berpengaruh terhadap lingkungannya. Oleh sebab itu penting menjaga ular unik ini karena mirip dengan cerita mitologi.

Status Konservasi dan Perlindungan

International Union for Conservation of Nature (IUCN) menilai ular ini memiliki potensi rendah terhadap kepunahannya sampai saat ini. Sehinggaa IUCN mengategorikan ular ini ke dalam least concern.

Belum lama ini ular naga jawa ditemukan di Pegunungan Sanggabuana, Karawang, Jawa Barat. Hal ini menjadi catatan baru persebaran habitatnya. Dengan diketahuinya tempat persebarannya yang baru, jadi pengingat agar manusia peduli dan melindungi satwa di habitatnya.

Penulis : A. Zenobia Anwar

Editor : Ari Rikin