Tupai Ekor-Sikat Si Peminum Tuak Nira

Tupai Ekor-Sikat Si Peminum Tuak Nira

Tergolong insectivore atau pemakan serangga, satwa ini lebih banyak menghabiskan waktunya di atas pohon (arboreal). Ya, itulah Tupai ekor-sikat (Ptilocercus lowii), si pemilik tubuh ramping dan berekor panjang.

Uniknya dua perlima dari panjang ekor memiliki rambut sakit yang berwarna hitam di ujungnya. Di Indonesia tupai masuk dalam dua suku yaitu Tupaiidae dan Ptilocercidae. Umumnya jenis tupai-tupaian masuk dalam suku Tupaiidae.

Namun Tupai ekor-sikat menjadi satu-satunya jenis yang masuk dalam suku Ptilocercidae. Keunikan lainnya, satwa ini aktif pada malam hari (nokturnal).

Karena aktif pada malam hari, tupai ini memiliki mata besar untuk melihat mangsa. Sinar matahari dapat menghambat penglihatan dari hewan nokturnal ini, sehingga penglihatannya cenderung baik pada malam hari.

Di samping itu, telinga besarnya memiliki kemampuan mendengar suara dari kejauhan. Pendengarannya ini lebih unggul daripada satwa diurnal atau satwa yang aktif pada siang hari.

Jenis tupai ini menyebar luas ke beberapa negara Asia Tenggara seperti Semenanjung Thailand, Malaysia, Singapura dan Indonesia. Di Tanah Air jenis ini ada di Sumatra dan Kalimantan. Hutan primer dan sekunder serta perkebunan karet menjadi habitatnya.

Penasaran bentuk tubuh tupai ini? Tubuh bagian atasnya berwarna abu-abu. Lalu bagian bawahnya abu-abu kekuningan dengan batas di tengah-tengah badan persis pada bagian bawah tubuhnya.

Morfologi Tupai Ekor-Sikat

Mata dan telinga tupai ini relatif besar. Penglihatan ini untuk mendukungnya bertahan hidup dan mencari makan pada malam hari. Uniknya ekor tupai ini tidak berbulu. Kecuali pada ujungnya yang berbentuk seperti bulu dan merupakan ciri khasnya.

Bentuk badannya kecil mirip bangsa tikus-tikusan (Famili Muridae). Ekor panjang dengan bulu tipis pada ujung sepintas terlihat seperti Nyingnying besar (Chiropodomys major). Hanya saja Nyingnying besar hanya memiliki bulu pendek, halus dan berwarna cokelat pada bagian ujung ekornya.

Sedangkan Tupai ekor-sikat memiliki rambut yang tebal, kasar dan berwarna putih pada bagian ujung ekornya. Keunikan bentuk tubuh pada satwa ini berfungsi membuatnya bertahan hidup atau menyesuaikan dengan tipe habitatnya.

Dalam IUCN Redlist Tupai ekor-sikat masuk ke dalam kategori berisiko rendah atau LC. Lalu Convention On International Trade In Endangered Spesies Of Wild Fauna and Flora (CITES) menyebut Tupai ekor-sikat termasuk dalam Apendix II pada tahun 1977.

Indonesia juga memiliki peraturan perlindungan satwa liar. Hal itu telah tercantum dalam Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Tujuannya mencegah kepunahan satwa liar tersebut di alam bebas.

Fakta Unik Tupai Ekor-Sikat

Selain memiliki keunikan ekor seperti sikat, jenis ini juga telah dikenal sebagai mamalia liar satu-satunya yang dikenal mengkonsumsi alkohol dari nira yang terfermentasi. Studi tentang tupai di Malaysia menemukan jenis ini menghabiskan 10 sampai 12 gelas tuak yang setara dengan 3,8% setiap malamnya.

Jenis ini meminum hasil alami fermentasi etanol dari nektar yang keluar dari palem bertam. Nektar atau nira ini umumnya dipakai untuk fermentasi tuak nira.

Meskipun meminum alkohol dengan jumlah besar, tupai ini tidak mabuk. Pengukuran etanol dengan biomarker menunjukkan tupai ini memiliki metabolisme yang berbeda dengan manusia. Sehingga tuak tidak memabukkan untuk jenis ini.

Sumber: IUCN Redlist, Checklis of CITES Species, PP RI No 7 Tahun 1999

Taksonomi Ptilocercus lowii


Penulis: A. Zenobia Anwar
Editor: Ari Rikin