Riset Kemampuan Simpanse Obati Dirinya Sendiri

Riset Kemampuan Simpanse Obati Dirinya Sendiri

Jakarta (Animalium.id) – Taman Nasional Loango di Negara Gabon menyediakan tempat bagi para peneliti untuk meneliti tentang pengobatan sendiri yang bisa simpanse lakukan di habitat aslinya.

Para simpanse ditemukan dapat mengobati lukanya sendiri menggunakan serangga (insect). Perilaku pengobatan sendiri tersebut menunjukkan bahwa spesies primata mungkin saja telah mengembangkan perilaku terkait kesehatan sejak dulu.

Taman Nasional Loango merupakan kawasan konservasi yang terletak di Pantai Barat Afrika Tengah. Luasnya mencapai lebih dari 150.000 hektare dengan berbagai tipe habitat di dalamnya. Seperti hutan hujan, laguna, lahan basah, savana, dataran banjir (floodplains), dan hutan bakau yang menyimpan keragaman hayati di dalamnya.

Loango juga menjadi rumah bagi 80 spesies mamalia. Termasuk di dalamnya 11 spesies primata, kuda nil, macan tutul, trenggiling, dan antelop. Loango juga menjadi rumah bagi 272 spesies burung.

Tobias Deschner, seorang peneliti dari Universitas Osnabrück Jerman bersama istrinya Simone Pika, Kepala Kelompok Penelitian untuk biologi kognitif komparatif di Institut Ilmu Kognitif Universitas Osnabrück, memimpin Proyek Simpanse Ozouga. Riset ini pun bekerja sama dengan Otoritas Taman Nasional Gabon.

Kumpulkan Data Perilaku 40 Primata

Hingga saat ini, tim peneliti telah berhasil mengumpulkan data perilaku 40 primata dalam kurun waktu 5 tahun. Mereka juga berhasil merekam kejadian luar biasa. Individu simpanse menyerang gorila dataran rendah, membunuh bahkan memakan anak-anaknya.

Kemudian pada Februari 2022 lalu, tim peneliti mempublikasikan penemuannya mengenai pengobatan sendiri simpanse menggunakan serangga yang belum diketahui jenisnya. Ini merupakan pertama kalinya perilaku tersebut teramati secara ilmiah pada golongan kera besar.

Mekanisme pengobatan sendiri juga peneliti ketahui dari satwa non-primata. Seperti pada beberapa spesies burung yang “mandi” di sarang semut untuk membersihkan tubuhnya dari ektoparasit seperti tungau bulu dengan bantuan asam format.

Selain itu, seekor gajah betina yang hamil di Kenya memakan tanaman tertentu yang juga masyarakat lokal gunakan untuk menginduksi persalinan pada wanita hamil.

Obati Luka dengan Serangga

Deschner menceritakan pengamatanya pada sekelompok simpanse di Loango. Ia bertemu dengan simpanse bernama Thea yang memiliki luka pada punggung dan kakinya. Menurutnya, Thea terlihat tidak nyaman dengan luka di kakinya. Kerap kali ia memeriksa lukanya dengan jarinya, dan matanya terlihat mengamati tumbuhan sekitarnya seolah sedang mencari sesuatu.

Kemudian, Deschner mendapati simpanse Thea meraih semak-semak secara cepat dan terlihat menangkap seekor serangga yang tidak terlihat jelas jenisnya. Ia menduga itu adalah seekor lalat yang sedang hinggap di semak-semak.

Simpanse Thea kemudian memasukkan serangga tersebut ke mulutnya, dan menghancurkan menggunakan bibirnya. Selanjutnya dengan hati-hati ia mengoleskan serangga tersebut pada lukanya. Ia mengulangi hal tersebut sampai beberapa kali sebelum akhirnya ia membersihkan luka dengan jari-jarinya.

Tiga hari kemudian, Daschner kembali menemukan pengobatan sendiri yang simpanse lakukan. Kali ini oleh teman satu kelompok Thea yang mengobati luka di punggungnya. Hal ini menunjukkan simpanse memiliki perilaku kepedulian terhadap sesamanya dan sangat menarik untuk penelitian selanjutnya.

Penelitian mengenai perilaku pengobatan sendiri pada simpanse ini masih terus berlanjut hingga sekarang. Para peneliti masih menduga-duga apakah perilaku ini hanya suatu kebetulan atau memang perilaku alamiah yang terjadi.

Penulis : Anisa Putri

Editor : Ari Rikin

Sumber : https://www.nationalgeographic.com/animals/article/see-rare-photos-of-chimpanzees-self-medicating-with-insects