Setelah beberapa dekade mengalami tekanan akibat perburuan, pencurian telur, serta degradasi habitat pesisir, International Union for Conservation of Nature (IUCN) akhirnya memberikan kabar gembira tentang kondisi terkini populasi penyu hijau di berbagai samudra dunia. Penyu hijau (Chelonia mydas) yang dikenal karena perannya menjaga kesehatan ekosistem laut, kini berada dalam status baru setelah populasinya dilansir naik.
Meningkat, Meskipun Belum Merata
Berdasarkan publikasi terbaru IUCN Red List tahun 2025, penyu hijau secara global kini dikategorikan sebagai “Least Concern (LC)” atau berisiko rendah terhadap kepunahan, dengan kecenderungan populasi meningkat. Namun, status ini tidak berlaku merata di seluruh dunia.
Beberapa subpopulasi regional masih menunjukkan ancaman serius, seperti di Samudra Hindia bagian utara dan timur serta Pasifik timur, yang masih terdaftar dalam kategori Vulnerable (VU) atau Endangered (EN) karena penurunan populasi hingga 40–90% dibanding tiga generasi sebelumnya.
Data global menunjukkan peningkatan total sarang peneluran dari sekitar 419.000 menjadi lebih dari 526.000 sarang per tahun, menandakan adanya pemulihan berkat perlindungan jangka panjang di wilayah-wilayah penting seperti Florida, Costa Rica, Seychelles, dan Hawaii. Meski demikian, di wilayah Asia Tenggara (termasuk Indonesia) tren populasi masih relatif menurun akibat eksploitasi telur, pencemaran laut, dan perusakan habitat pantai.
Mengenal Lebih Dekat Penyu Hijau
Chelonia mydas mudah dikenali melalui karapas (cangkang) berwarna hijau zaitun hingga cokelat gelap dengan bentuk agak oval dan halus. Spesies ini dapat tumbuh hingga panjang lebih dari 1 meter dengan berat mencapai 200 kilogram. Berbeda dengan sebagian besar penyu laut lainnya, penyu hijau adalah herbivora saat dewasa, memakan lamun dan alga laut yang membantu menjaga keseimbangan ekosistem pesisir.
Penyu hijau memiliki pola migrasi luar biasa, menempuh ribuan kilometer antara area mencari makan dan pantai tempat mereka menetas. Indonesia sendiri menjadi salah satu pusat peneluran penting dunia, terutama di Pulau Derawan, Berau, dan Pantai Pangumbahan (Jawa Barat). Namun, siklus hidup panjang, di mana kematangan seksual baru dicapai setelah 25–40 tahun, menjadikan pemulihan populasi berlangsung sangat lambat.
Kenaikan status konservasi global Chelonia mydas merupakan hasil nyata dari kerja sama internasional dalam melindungi habitat pesisir dan mengurangi perburuan. Meski begitu, kabar baik ini tidak boleh membuat lengah. Perlindungan terhadap wilayah bertelur, pengawasan penangkapan laut, serta edukasi masyarakat pesisir tetap menjadi kunci utama untuk memastikan generasi mendatang masih dapat menyaksikan penyu hijau berenang bebas di samudra tropis.
Sumber Artikel dan Foto:
- IUCN Red List of Threatened Species (2025): Chelonia mydas https://www.iucnredlist.org/species/4615/285108125
- Supplementary Information for Chelonia mydas (2025).
Penulis: Hania Chusni