Pegunungan Meratus di Kalimantan kembali menyimpan kejutan. Tim peneliti berhasil mengidentifikasi dua spesies katak baru dari kelompok Limnonectes atau yang dikenal sebagai katak bergigi. Selama ini, populasi katak tersebut sering dianggap sebagai bagian dari Limnonectes kuhlii dari Jawa. Namun, melalui analisis genetik dan morfologi, terungkap bahwa keduanya merupakan spesies yang berbeda dan kini resmi diberi nama Limnonectes maanyanorum dan Limnonectes nusantara.
Dari Sungai Hutan ke Laboratorium
Proses penelitian dimulai dengan survei malam hari di kawasan hutan dan aliran sungai Pegunungan Meratus. Spesimen dikumpulkan dari Gunung Karasik (Kalimantan Tengah) dan Loksado (Kalimantan Selatan). Setelah itu, para peneliti melakukan pemeriksaan morfologi secara detail, mulai dari panjang tubuh, bentuk kepala, pola kulit, hingga selaput jari serta melakukan analisis DNA menggunakan gen 16S rRNA. Hipotesis awal bahwa katak Meratus hanyalah variasi lokal dari L. kuhlii terbantahkan setelah bukti menunjukkan perbedaan yang konsisten.
Ciri-Ciri Spesies Baru
Kedua katak ini memiliki penampilan yang sekilas mirip, namun hasil observasi menunjukkan perbedaan yang konsisten, antaralain:
-
Limnonectes maanyanorum berukuran sedang (panjang tubuh betina 40–58 mm), dengan kulit punggung kasar dan penuh bintil besar pada tibia. Jari kakinya berselaput penuh, kepala lebih panjang daripada lebar, serta tenggorokan dihiasi bercak abu-abu gelap yang tidak beraturan.
-
Limnonectes nusantara sedikit lebih besar (jantan 52–70 mm), kulitnya lebih halus dengan bintil kecil rapat di tibia, dan tenggorokannya memiliki bercak gelap berbentuk kecil-kecil. Keduanya sama-sama memiliki “gigi palsu” khas katak bergigi di rahang bawah, tetapi berbentuk tumpul, berbeda dengan kerabatnya yang biasanya runcing.
Analisis filogenetik juga menegaskan bahwa keduanya membentuk garis keturunan tersendiri dengan jarak genetik yang jelas dari spesies lain.
Penemuan L. maanyanorum dan L. nusantara menambah daftar panjang spesies amfibi unik dari Kalimantan. Namun, wilayah Meratus tempat mereka hidup sedang menghadapi ancaman serius: pembukaan hutan, tambang, perkebunan, hingga pembangunan ibu kota baru. Ditambah lagi, masyarakat setempat mengenal katak ini sebagai sumber konsumsi, yang berpotensi menekan populasinya jika tidak dikelola secara berkelanjutan.
Tantangan di Masa Mendatang
Temuan ini menjadi bukti bahwa keanekaragaman hayati Kalimantan masih menyimpan banyak hal yang belum terungkap. Di sisi lain, ia juga menjadi pengingat bahwa perlindungan habitat sangat mendesak. Tanpa langkah konservasi yang melibatkan penelitian lanjutan dan partisipasi masyarakat lokal, spesies baru yang baru saja diperkenalkan ke dunia sains bisa terancam sebelum sempat dikenal lebih luas.
Sumber Artikel dan Foto:
Gonggoli, A. D., Shimada, T., Matsui, M., Nishikawa, K., Sidik, I., Kadafi, A. M., Farajallah, A., & Hamidy, A. (2025). Two new species of fanged frog from Southeastern Borneo, Indonesia (Amphibia: Anura: Dicroglossidae). Zootaxa, 5575(3), 387–408. https://doi.org/10.11646/zootaxa.5575.3.3
Dirangkum oleh : Hania C.