Kadal duri mata merah yang dapat disebut “red eyed crocodile skink” adalah kadal kecil endemik yang berasal dari Papua dan Papua Nugini. Spesies ini hidup terutama di hutan hujan dataran rendah yang lembap dan teduh. Secara ekologis, kadal ini lebih sering bergerak di lantai hutan dan bersembunyi di bawah serasah maupun vegetasi dekat sumber air. Perilaku tersebut membuatnya jarang terlihat secara langsung di alam liar.
Tubuh Unik yang Dapat Bercahaya
Ciri khas yang paling mudah dikenali adalah cincin periokular berwarna merah bata yang kontras dengan tubuh bersisik gelap. Sisik tersebut dilengkapi dengan tonjolan osteoderm menyerupai pelindung, sehingga tampak seperti “miniatur buaya” (Brecko dan Pauwels, 2024). Tubuh kadal duri mata merah relatif pendek dengan sisik keras di bagian punggung dan samping tubuh.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa osteoderm tersebut dapat memancarkan biofluoresensi hijau ketika terkena sinar ultraviolet, dengan intensitas paling kuat di bagian kepala, mata, tenggorokan, dan ujung sisik. Fenomena biofluoresensi pada spesies ini merupakan laporan pertama pada keluarga Scincidae dan diduga berkaitan dengan komunikasi visual di lingkungan bercahaya rendah. Selain itu, warna merah di sekitar mata juga berperan sebagai sinyal visual jarak dekat yang kemungkinan membantu dalam interaksi antarsesama.
Vokalisasi Menakjubkan
Kadal duri mata merah bereproduksi dengan jumlah telur yang sedikit, biasanya hanya satu butir dalam setiap siklus. Telur tersebut berukuran relatif besar dibandingkan tubuh induknya. Perilaku penjagaan induk terhadap telur, termasuk vokalisasi pertahanan, diduga meningkatkan peluang keberhasilan menetas pada lingkungan hutan yang penuh ancaman predator.
Betina menjaga telur tunggal di sarang dan mempertahankannya secara agresif, sementara jantan juga dapat mengeluarkan vokalisasi pertahanan. Di habitat alaminya, kadal ini bersifat semi-fosorial dan lebih menyukai mikrohabitat lembap, misalnya di bawah serasah daun, akar, atau dekat aliran air kecil.
Perlunya Pengawasan Populasi
Berdasarkan penilaian terbaru dari IUCN (amandemen 2015, diterbitkan 2022), kadal duri mata merah dikategorikan sebagai “Risiko Rendah” (Least Concern) (WWF-Japan 2025). Meski demikian, pemantauan tetap diperlukan mengingat keterbatasan data ekologi dan taksonomi spesies ini. Kajian regional mengenai keanekaragaman skink di Oceania dan Papua juga menyoroti adanya kesenjangan pengetahuan yang dapat memengaruhi akurasi penilaian konservasi. Hal ini menekankan pentingnya penelitian lanjutan untuk memperbarui data populasi dan status konservasi (Slavenko et al. 2023).
Sumber Referensi:
- Analytics W, WWF-Japan. 2025. TRACKING THE TRADE A CASE STUDY OF NINE REPTILE SPECIES.
- Brecko J, Pauwels OSG. 2024. Biofluorescence of the Crocodile Skinks, genus Tribolonotus: first report in Scincidae. Herpetol Notes. 17 June:411–418.
- Slavenko A, Allison A, Austin CC, Bauer AM, Brown RM, Fisher RN, Ineich I, Iova B, Karin BR, Kraus F, et al. 2023. Skinks of Oceania, New Guinea, and Eastern Wallacea: an underexplored biodiversity hotspot. Pacific Conserv Biol. 29(6):526–543. doi:10.1071/PC22034.
Penulis: Amanda Nur Fauziah
Penyunting: Hania C.