Dara Mahkota, Permata dari Papua

Dara Mahkota, Permata dari Papua

Mambruk Victoria (Goura victoria Fraser, 1844) merupakan salah satu burung endemis khas Papua yang tergolong dalam famili Columbidae atau kelompok merpati-merpatian. Keelokan fisiknya menjadikannya tidak hanya penting secara ekologis, tetapi juga bernilai budaya tinggi di kalangan masyarakat Papua. Burung ini dikenal luas dengan sebutan mambruk atau dara mahkota karena jambul indah menyerupai kipas di atas kepalanya, dan bahkan dijadikan lambang Kabupaten Manokwari. Keberadaannya yang semakin terancam menjadikannya sebagai salah satu fokus penting dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia.

Ciri Khas Morfologi

Burung mambruk victoria memiliki ukuran tubuh besar dengan panjang mencapai 74 cm. Warna bulu didominasi biru keabu-abuan dengan dada berwarna merah marun keunguan yang mencolok. Ciri paling menonjol dari spesies ini adalah jambulnya yang menyerupai kipas, dengan secercah warna putih pada bagian ujung yang membingkai kepalanya secara elegan.
Paruhnya berwarna abu-abu, kaki berwarna merah kusam. Di sekitar mata terdapat area berwarna hitam menyerupai topeng, mempertegas iris mata berwarna merah menyala, menciptakan kontras visual yang khas.

Fakta Unik dan Perilaku Sosial

Mambruk victoria termasuk jenis burung terestrial, menghabiskan sebagian besar waktunya di lantai hutan tropis untuk mencari biji-bijian dan buah-buahan. Meskipun hidup secara berkelompok atau berkoloni, mereka kerap terlihat bergerak dalam pasangan atau kelompok kecil saat mencari makan. Saat malam atau ketika merasa terancam, burung ini akan bertengger di dahan pohon.
Dari segi reproduksi, mambruk victoria bersifat monogami dan hanya memiliki satu pasangan sepanjang hidupnya. Dalam satu musim, induk betina biasanya hanya menghasilkan satu butir telur yang dierami selama kurang lebih 30 hari. Anak burung akan mencapai kematangan seksual pada usia sekitar 15 bulan.

Status Konservasi

Burung ini kini dikategorikan sebagai spesies rentan (vulnerable) berdasarkan daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature). Selain itu, spesies ini juga terdaftar dalam Appendix II Konvensi Perdagangan Internasional Tumbuhan dan Satwa Liar Spesies Terancam Punah (CITES), yang berarti perdagangannya harus dikendalikan agar tidak membahayakan populasi di alam liar. Di Indonesia, burung ini telah ditetapkan sebagai satwa yang dilindungi berdasarkan peraturan perundang-undangan, mengingat status endemisitasnya serta tekanan yang terus meningkat akibat perburuan dan kerusakan habitat.

Penulis: Juan Wijaya
Penyunting: Hani
Foto: Photo by Jimmy Chan from Pexels: https://www.pexels.com/photo/victoria-crowned-pigeon-standing-beside-fern-plants-1550330/