Eksotisme Tujuh Crayfish Baru dari Papua

Eksotisme Tujuh Crayfish Baru dari Papua

Lagi-lagi, indahnya alam Papua mengungkapkan kekayaan hayatinya. Kali ini, melalui studi terbaru yang diterbitkan di jurnal Arthropoda, para peneliti berhasil mendeskripsikan tujuh spesies baru udang karang air tawar dari genus Cherax dari sungai Papua Barat. Penemuan ini tidak hanya menambah daftar biodiversitas Indonesia, tetapi juga menampilkan keragaman morfologi dan warna yang luar biasa, yang selama ini bahkan telah lebih dahulu dikenal dalam perdagangan akuarium sebelum tercatat secara ilmiah.

Minimnya Identifikasi Spesies

Genus Cherax dikenal luas sebagai kelompok udang karang air tawar yang endemik di Australia dan pulau-pulau sekitar, termasuk New Guinea. Dalam beberapa tahun terakhir, spesies-spesies Cherax asal Papua mulai mencuri perhatian dunia karena warna tubuhnya yang mencolok dan bentuk capit yang unik.

Namun, banyak dari spesies ini yang belum teridentifikasi secara resmi, sehingga mendorong para peneliti untuk melakukan eksplorasi dan kajian taksonomi lebih dalam. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tujuh spesies baru berdasarkan data morfologi dan molekular, yang dikumpulkan dari berbagai wilayah seperti Misool, Kaimana, Fakfak, dan Teluk Bintuni.

Perbandingan Spesies Secara Genetik

Penelitian dilakukan melalui pendekatan integratif yang menggabungkan pengamatan morfologis dengan analisis genetika. Spesimen dikumpulkan dari berbagai sungai dan daerah terpencil oleh penggiat lokal, lalu dikirim ke Jakarta dan Jerman untuk dipelajari lebih lanjut. Di laboratorium, para peneliti melakukan pengukuran struktur tubuh menggunakan kaliper digital, mencatat ciri-ciri penting seperti bentuk rostrum (moncong), ukuran dan struktur capit, serta pewarnaan tubuh.

Untuk memastikan perbedaan spesies secara genetik, DNA mitokondria dari gen 16S rRNA dan COI diekstraksi dan dianalisis menggunakan metode filogenetik. Pendekatan ini memungkinkan para ilmuwan untuk mengidentifikasi perbedaan genetik antar spesies secara akurat dan mendukung temuan morfologis dengan bukti molekular.

Hasil Penelitian: Spesies-Spesies yang Mempesona

Penelitian ini berhasil mengidentifikasi tujuh spesies baru, masing-masing dengan karakteristik morfologis dan genetika yang membedakannya secara jelas.

  • Cherax veritas ditemukan di Pulau Misool dan dikenal sebagai “Red Cheek” karena warna merah cerah di bagian pipi. Tubuhnya kehijauan gelap dengan capit besar yang berotot, menjadikannya salah satu spesies paling mencolok secara visual.
  • Cherax arguni berasal dari bagian utara Kaimana. Spesies ini memiliki warna biru cerah yang merata di seluruh tubuhnya, dengan bentuk capit lebar dan ujungnya meruncing menyerupai jari. Tubuhnya ramping dan elegan, mencerminkan adaptasi terhadap habitat sungai yang lebih terbuka.
  • Cherax kaimana, juga dari utara Kaimana, menampilkan warna ungu keunguan yang mengilap, menyerupai batu amethyst. Capitnya panjang dan melengkung dengan permukaan berbintik, memberi kesan mewah dan eksotis.
  • Cherax nigli, yang berasal dari selatan Kaimana, justru tampil lebih gelap dan misterius. Warna tubuhnya hitam pekat hingga cokelat gelap, dengan rostrum sempit dan runcing serta capit kekar. Ini menunjukkan adanya perbedaan ekologis dibandingkan dengan kerabatnya di utara Kaimana.
  • Cherax bomberai ditemukan di Semenanjung Bomberai, Fakfak. Spesies ini berwarna hijau zaitun dengan strip putih di bagian bawah capit. Bentuk capitnya pipih dan agak kasar, menandakan kemungkinan adaptasi terhadap lingkungan substrat berbatu.
  • Cherax farhadii, yang berasal dari Teluk Bintuni, sangat mudah dikenali karena memiliki garis oranye mencolok di sepanjang capit birunya, sehingga dijuluki “Orange Line”. Capitnya ramping dan warna kontrasnya membuatnya menonjol dibandingkan spesies lain.
  • Cherax doberai, juga dari Teluk Bintuni, menampilkan tubuh berwarna hijau tua kehitaman dengan garis hijau muda membelah capit. Capitnya besar dan berbentuk seperti palu, khas di antara semua spesies yang dideskripsikan.

Secara genetik, ketujuh spesies ini menunjukkan perbedaan signifikan dalam urutan DNA mereka, yang menegaskan bahwa variasi yang terlihat bukan sekadar bentuk atau warna saja, tetapi benar-benar mewakili spesies yang terpisah secara evolusioner.

Adanya Peluang di Masa Depan

Penemuan tujuh spesies Cherax baru dari Papua Barat menunjukkan betapa kayanya keanekaragaman hayati air tawar Indonesia yang masih belum seluruhnya terungkap. Setiap spesies memiliki ciri khas morfologi dan genetik yang unik, mencerminkan adaptasi terhadap lingkungan masing-masing. Selain memperkaya taksonomi genus Cherax, penelitian ini juga menekankan pentingnya konservasi habitat air tawar di Papua, serta perlunya regulasi terhadap perdagangan spesies eksotik yang kerap terjadi sebelum mereka dikenali secara ilmiah. Penelitian ini adalah bukti nyata bahwa masih banyak keajaiban biologis yang menunggu untuk ditemukan di tanah Papua.

Sumber Informasi dan Foto: Lukhaup, C., Eprilurahman, R., & von Rintelen, T. (2025). Seven new species of crayfish of the genus Cherax (Crustacea, Decapoda, Parastacidae) from Western New Guinea, Indonesia. Arthropoda, 3(2), 10. https://doi.org/10.3390/arthropoda3020010

Glosarium: 

  • Filogenetik adalah cabang ilmu yang mempelajari bagaimana kelompok spesies berevolusi dari waktu ke waktu dan keterkaitan satu sama lain dalam sejarah evolusi.
  • Gen 16S rRNA adalah gen yang mengkode subunit kecil (16S) dari ribosom biasanya digunakan sebagai identifikasi secara molekuler karena memiliki sifat-sifat yang ideal untuk penanda filogenetik.
  • COI (Cytochrome Oxidase I) adalah bagian dari DNA mitokondria. Memiliki urutan basa DNA yang cukup unik untuk setiap spesies, sehingga dapat digunakan untuk membedakan satu spesies dengan spesies lainnya.

Penulis dan penyunting : Hani