Mengintip Kegiatan Kukang Jawa di Suaka Margasatwa Gunung Sawal

Mengintip Kegiatan Kukang Jawa di Suaka Margasatwa Gunung Sawal

Kukang Jawa (Nycticebus javanicus) adalah primata mungil bermata besar yang hidupnya tersembunyi di hutan malam Pulau Jawa. Namun di balik keunikannya, kukang ternyata sedang berada di ambang kepunahan.

Dalam upaya memahami lebih dalam bagaimana satwa ini beradaptasi dan menjalani rutinitas malamnya di alam liar, sekelompok peneliti melakukan observasi intensif di Suaka Margasatwa Gunung Sawal. Penelitian ini tidak hanya menyuguhkan potret perilaku harian kukang, tetapi juga menjadi serpihan penting dalam upaya konservasi salah satu spesies primata paling terancam di Indonesia.

Populasinya Terancam Punah

Kukang Jawa merupakan primata endemik Jawa Barat yang termasuk dalam kategori Critically Endangered (CR) oleh IUCN dan Appendix I CITES, yang berarti sangat terancam punah dan dilarang diperdagangkan secara internasional.

Ancaman utama yang mereka hadapi berasal dari perburuan liar dan perdagangan ilegal, serta kerusakan habitat. Ironisnya, data dan informasi ilmiah mengenai perilaku kukang di habitat alaminya masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengisi kekosongan tersebut dengan mendeskripsikan aktivitas harian kukang jawa sebagai upaya mendukung konservasi berbasis bukti.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan selama bulan Juli hingga Agustus 2019 di kawasan Suaka Margasatwa Gunung Sawal, Ciamis, Jawa Barat oleh 3 peneliti bernama Andre H., Yayan H., dan Toto S. Subjek penelitian adalah dua individu kukang jawa, seekor jantan bernama Picolo dan betina bernama Cantigi.

Metode yang digunakan adalah scan sampling, yakni mencatat perilaku yang diamati pada interval waktu tertentu (setiap 5 menit) selama malam hari, yakni pukul 18.00–06.00 WIB. Alat bantu termasuk radio collar untuk pelacakan dan pengamatan langsung dengan cahaya minim. Data dikumpulkan dalam bentuk kuantitatif dan dianalisis untuk memperoleh persentase masing-masing jenis perilaku.

Rajin Berpindah Tempat

Dari total 1145 data pengamatan atau setara 95 jam, terlihat bahwa kukang mulai aktif saat matahari terbenam sekitar pukul 18.00 WIB. Aktivitas tertinggi berupa berpindah tempat (travelling), mencari makan (foraging), dan perilaku tersembunyi (out of sight).

Picolo lebih banyak berpindah tempat (42%), diikuti mencari makan (25%), sementara Cantigi menunjukkan foraging lebih tinggi (34%) meski juga dominan berpindah tempat (36%). Waktu makan paling intens terjadi antara pukul 20.00–21.00, dan kembali meningkat menjelang pagi. Aktivitas menyelisik (grooming) kerap dilakukan sebelum tidur dan setelah bangun. Aktivitas yang paling rendah adalah perilaku agresif (agonistic) dan abnormal.

Meski sebagian besar perilaku mereka bisa diamati, ada pula saat-saat ketika keduanya menghilang dari pandangan pengamat, tercatat sebagai out of sight. Ini mencerminkan kemampuan alami kukang untuk berbaur dengan lingkungan dan menjaga jarak dari potensi ancaman. Perilaku agresif dan abnormal hampir tidak ditemukan, menunjukkan bahwa kedua individu berada dalam kondisi adaptasi yang cukup baik pasca habituasi.

Secara keseluruhan, pola aktivitas yang tergambar menunjukkan bahwa kukang jawa memiliki strategi yang efisien dan khas dalam menjalani malamnya, perlahan namun penuh kesadaran terhadap lingkungan sekitarnya.

Kesimpulan

Meskipun kedua individu menunjukkan kecenderungan berbeda dalam intensitas perilaku, secara umum keduanya menghabiskan malam untuk eksplorasi dan memenuhi kebutuhan energinya. Data ini penting dalam mendukung strategi pelepasliaran dan pemantauan konservasi kukang jawa di alam liar.

Sumber artikel: Hendrian, A., Hendrayana, Y., & Supartono, T. (2019). Aktivitas harian Kukang Jawa (Nycticebus javanicus) pasca habituasi di Suaka Margasatwa Gunung Sawal Ciamis. Jurnal Keanekaragaman Hayati dan Bioprospeksi, 3651, 36–44.

Penulis: Rahmitha Auliya
Penyunting: Hani
Sumber Gambar: Ady K.