Pesona Satwa Pengerat Endemik Indonesia, Landak Jawa

Pesona Satwa Pengerat Endemik Indonesia, Landak Jawa

Landak jawa (Hystrix javanica) atau Sunda Porcupine merupakan hewan endemik Indonesia yang banyak ditemukan di dataran rendah, hutan, hingga daerah pertanian. Landak jawa (Hystrix javanica) merupakan mamalia endemik Indonesia. Landak jawa ini tergolong ordo Rodentia, suku Hysticidae. Di Indonesia, mamalia liar yang satu ini penyebarannya tidak hanya endemik di Pulau Jawa saja melainkan tersebar hingga Madura, Bali, Sumbawa, Lombok, Flores dan Tonah djampea.

Ciri Khas Morfologi

Duri duri di tubuh landak akan berdiri jika ia merasa terancam oleh adanya predator. Untuk makanan, mereka cukup mengonsumsi buah buahan, sayuran, akar, ranting, daun, rumput dan serangga. Selain itu, mereka juga menyukai siput, bekicot, cacing tanah, dan bahkan hewan hewan kecil seperti tikus.

Mereka memiliki ciri khas yang cukup mencolok, yakni tubuhnya yang diselimuti rambut halus dan duri di seluruh tubuh landak, kecuali hidung, mulut, telinga, dan telapak kaki. Warna tubuh landak cukup bervariasi, mulai dari putih, cokelat muda, hingga hitam. Beberapa jenis landak bahkan memiliki pola garis-garis atau bintik-bintik pada durinya. Perut, wajah, dan leher landak biasanya ditutupi oleh rambut yang lebih lembut dibandingkan dengan duri di punggungnya.

Landak juga dikenal karena memiliki duri yang khas pada sekujur tubuhnya dan ternyata duri landak tidak hanya berguna sebagai pertahanan diri saja tetapi juga memiliki manfaat dalam pengobatan karena kaya akan nutrisi. Duri pada tubuh landak ini berfungsi sebagai pelindung tubuh dan alat pertahanan diri dalam menghadapi predator. Dalam keadaan terdesak, landak akan menegakkan duri duri tubuhnya untuk menakuti musuhnya. Secara morfologi dan anatomi duri pada tubuh landak terdiri dari empat macam yaitu duri sejati, duri pipih, duri transisi dan duri berderak.

Perilaku Sosial dan Perkembangbiakan

Sebagai hewan endemik khas Indonesia, landak umumnya menempati perkebunan, semak-semak, hutan, dan padang rumput. Berat landak jawa sekitar 15-20 kg dengan panjang 47 cm dan masa hidup landak jawa mencapai 27 tahun. Sementara, masa landak betina mengalami masa mengandung terjadi selama sekitar 100-112 hari dengan jumlah anaka per kelahiran 1-3 ekor.

Landak memiliki kemampuan adaptasi yang luar biasa terhadap berbagai lingkungan. Mereka dapat ditemukan di gurun yang panas dan kering, hutan yang lebat, hingga di sekitar pemukiman manusia. Landak yang hidup di gurun, misalnya, telah mengembangkan cara-cara unik untuk bertahan hidup di lingkungan yang ekstrim, seperti bersembunyi di bawah batu atau menggali liang dalam-dalam.

Sementara itu, landak yang hidup di daerah hutan seringkali memanfaatkan liang bekas hewan lain sebagai tempat tinggal.

Landak merupakan hewan nokturnal, mereka lebih aktif pada malam hari. Saat matahari terbenam, landak akan keluar dari sarangnya untuk mencari makan dengan indra penciuman yang tajam, mereka mampu mendeteksi keberadaan mangsa dari jarak jauh. Uniknya lagi, satwa pengerat yang satu ini suka sekali menggerogoti batu atau kayu keras. Hal ini dilakukannya untuk mengurangi pertumbuhan giginya.

Status Konservasi

Di Indonesia, konservasi landak jawa ini berstatus dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri LHK Nomor: P/106MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/20218. Sementara, berdasarkan International Union for Conservation of Nature (IUCN) dikategorikan sebagai Least Concern (LC) atau risiko rendah dari Redlist of Treatened Species.

 

Ditulis oleh: Shintya
Disunting oleh: Hani
Foto: Hani