Trimeresurus Sebagai Kunci Pengembangan Antivenom di Indonesia

Trimeresurus Sebagai Kunci Pengembangan Antivenom di Indonesia

Racun ular (bisa) merupakan bentuk adaptasi trofik yang bukan hanya senjata mematikan bagi mangsanya, tapi juga sumber informasi berharga bagi para ilmuwan. Di Indonesia, empat spesies ular dari genus Trimeresurus dikenal sebagai penyebab utama gigitan ular berbisa. Untuk memahami kandungan bisa dan potensinya, sekelompok peneliti Indonesia melakukan studi mendalam terhadap bisa dari empat spesies ini.

Latar Belakang Penelitian

Ular dari genus Trimeresurus merupakan kelompok ular berbisa yang tersebar luas di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Meskipun sudah banyak penelitian dilakukan di negara lain, informasi mengenai komposisi bisa Trimeresurus di Indonesia masih terbatas. Padahal, spesies seperti T. albolabris, T. insularis, T. puniceus, dan T. purpureomaculatus sering ditemukan di sekitar permukiman dan menjadi penyebab kasus gigitan ular. Mengetahui kandungan bisa mereka penting untuk pengembangan penawar bisa (antivenom) yang tepat.

Metode Penelitian
Penelitian dilakukan di Indonesia, dengan pengambilan sampel ular dari berbagai wilayah: T. albolabris dari Jawa Barat, T. insularis dari Jawa Timur, T. puniceus dari Jawa Tengah, dan T. purpureomaculatus dari Sumatra.
Bisa dikumpulkan dari ular dewasa dengan cara membuat ular menggigit wadah steril. Setelah itu, bisa dikeringkan dan dianalisis. Penelitian ini melibatkan pemisahan protein menggunakan elektroforesis, lalu protein yang terdeteksi dicerna dengan enzim dan dianalisis menggunakan LC-MS/MS untuk mengetahui jenis dan jumlah proteinnya.

Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian tersebut, didapat beberapa data penting berupa:

  • Bisa T. albolabris memiliki kandungan protein tertinggi (11,1 mg/mL), sedangkan T. purpureomaculatus paling rendah (5,5 mg/mL).
  • Ditemukan total 241 protein dari 25 keluarga protein di semua spesies.
  • Empat keluarga protein utama ditemukan di semua spesies: SVMP, CTL, SVSP, dan PLA2.
  • T. puniceus memiliki komposisi bisa paling unik dengan jumlah protein khusus terbanyak dan menunjukkan perbedaan signifikan dibanding tiga spesies lainnya.
  • Analisis kluster menunjukkan hubungan erat antara bisa T. albolabris, T. insularis, dan T. purpureomaculatus, sedangkan T. puniceus tampak paling berbeda.

Analisis jaringan darah menggunakan analisis menunjukkan bahwa komposisi racun T. insularis dan spesies Trimeresurus lainnya sangat mirip. Ini berarti bahwa antivenom T. albolabris mungkin dapat digunakan untuk mengobati gigitan T. insularis, tetapi perlu evaluasi lebih lanjut untuk memastikan keefektifannya.


Glosarium

  • Antivenom: Obat untuk menetralisir racun bisa ular.
  • SVMP (Snake Venom Metalloproteinase): Enzim dalam bisa ular yang menyebabkan kerusakan jaringan dan pendarahan.
  • SVSP (Snake Venom Serine Protease): Enzim yang mempengaruhi sistem pembekuan darah.
  • PLA2 (Phospholipase A2): Enzim yang menyebabkan peradangan dan kerusakan sel.
  • CTL (C-type Lectin): Protein yang memengaruhi sistem pembekuan darah dan menyebabkan pendarahan.

Sumber Artikel:

Anita, S., Sadjuri, A. R., Rahmah, L., Nugroho, H. A., Mulyadi, Trilaksono, W., Ridhani, W., Safira, N., Bahtiar, H., Maharani, Hamidy, A., & Azhari, A. (2022). Venom composition of Trimeresurus albolabris, T. insularis, T. puniceus and T. purpureomaculatus from Indonesia. Journal of Venomous Animals and Toxins including Tropical Diseases, 28, e20210103. https://doi.org/10.1590/1678-9199-JVATITD-2021-0103 

Penulis: Roudhotun Aliyah
Penyunting: 
Hania C.
Foto: Ady K.