Burung serak jawa (Tyto alba), yang lebih dikenal masyarakat sebagai burung hantu atau barn owl, merupakan salah satu spesies burung pemangsa malam yang paling mudah dikenali. Wajahnya yang berbentuk hati dan bulu tubuh yang dominan putih memberikan kesan anggun sekaligus misterius. Burung ini tidak hanya dikenal karena penampilannya, tetapi juga karena perannya sebagai pengendali hama alami di berbagai ekosistem.
Ciri Khas Tubuh
Serak jawa memiliki ukuran tubuh sekitar 34 cm, dengan wajah khas berbentuk hati yang membantu memusatkan suara ke telinganya. Warna bulunya putih keabu-abuan di bagian bawah dan cokelat keemasan dengan bintik-bintik halus di bagian atas tubuh. Salah satu keunikan utama dari burung ini adalah kemampuannya terbang nyaris tanpa suara. Hal ini dimungkinkan oleh struktur bulu sayap yang lembut seperti beludru dan jumbai halus di tepi sayap, yang berfungsi meredam suara kepakan.
Pendengarannya sangat tajam, didukung oleh letak lubang telinga yang tidak simetris (berbeda tinggi di sisi kiri dan kanan) dan ditutupi bulu-bulu pendek sebagai pemantul suara. Selain itu, serak jawa mampu melihat dalam kondisi pencahayaan sangat rendah, bahkan 3-4 kali lebih baik dibandingkan manusia. Meskipun matanya tidak bisa bergerak bebas seperti manusia, lehernya sangat fleksibel dan dapat berputar hingga 270 derajat.
Kehidupan Sosial dan Habitat
Serak jawa memiliki persebaran yang sangat luas, hampir di seluruh benua kecuali Antartika. Mereka dapat ditemukan mulai dari kawasan hutan, tepi hutan, hingga taman kota dan padang rumput. Di Indonesia, mereka banyak ditemukan di dataran rendah, sawah, serta perkotaan yang memiliki pepohonan tinggi.
Dalam hal kehidupan sosial, beberapa penelitian menunjukkan bahwa serak jawa dapat bersifat poligami. Seekor jantan bisa memiliki lebih dari satu pasangan dalam jarak yang berdekatan, dengan sarang yang biasanya berada di lubang pohon setinggi 5 hingga 20 meter. Pada masa kawin, pejantan akan terbang mengelilingi sarang sambil mengeluarkan suara berderit untuk menarik perhatian betina.
Kebiasaan Makan dan Peran Ekologis
Sebagai burung pemangsa, Serak Jawa memangsa burung kecil dan mamalia, terutama tikus (Rattus spp.). Hal ini menjadikan serak jawa sangat berperan dalam mengendalikan populasi hama, terutama di lingkungan pertanian. Mereka memiliki kebiasaan makan yang khas, yaitu menelan mangsa secara utuh atau dalam potongan kecil. Bagian tubuh yang tidak bisa dicerna, seperti bulu dan tulang, akan dimuntahkan kembali dalam bentuk pellet.
Status Konservasi
Secara global, serak jawa termasuk dalam kategori “Least Concern” (Risiko Rendah) menurut IUCN. Hal ini karena persebarannya yang luas dan populasinya yang relatif stabil. Namun, di beberapa daerah tertentu, tekanan terhadap habitat alami seperti penebangan pohon tua dan penggunaan pestisida yang berlebihan bisa menjadi ancaman bagi keberlangsungan hidup mereka. Di Indonesia, serak jawa belum dilindungi secara khusus, tetapi keberadaannya sering dimanfaatkan sebagai pengendali tikus secara alami oleh petani.
Serak jawa adalah contoh nyata bagaimana satwa liar bisa hidup berdampingan dengan manusia dan memberikan manfaat ekologis yang besar. Keunikan fisik, kemampuan berburu tanpa suara, serta peran pentingnya dalam mengendalikan hama membuat burung ini layak untuk dilestarikan. Edukasi mengenai manfaat dan pentingnya menjaga habitat serak jawa perlu terus digalakkan agar burung ini tetap menjadi bagian dari ekosistem kita di masa depan.
Penulis: Juan Wijaya
Penyunting: Hani
Foto: DSD: https://www.pexels.com/photo/barn-owl-perched-on-tree-1376986/