Hutan-hutan tropis Indonesia kembali menghadirkan kejutan: penemuan spesies kadal tanpa kaki yang belum pernah dideskripsikan sebelumnya. Spesies ini bernama Dibamus oetamai, yang berasal dari Pulau Buton, Sulawesi Tenggara.
Kelompok kadal dari genus Dibamus dikenal unik karena tidak memiliki kaki, mirip ular, dan hidup tersembunyi di bawah tanah (fossorial). Meskipun genus ini tersebar luas di Asia Tenggara dan beberapa pulau Indonesia, hanya sedikit informasi yang diketahui tentang keanekaragaman dan distribusi mereka. Hal ini disebabkan oleh perilaku tersembunyi mereka yang menyulitkan pengamatan. Oleh karena itu, setiap penemuan baru dalam genus ini menjadi sangat penting untuk memahami evolusi dan penyebarannya.
Metodologi Penelitian
Penelitian dilakukan di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, tepatnya di Kakenauwe dan kawasan Hutan Lindung Lambusango. Spesimen tunggal berjenis kelamin jantan dikoleksi oleh G.R. Gillespie pada hari Minggu, 21 Juli 2002. Penelitian lanjutan dan kajian morfologi dilakukan oleh tim gabungan dari Universitas Gadjah Mada, BRIN, dan institusi luar negeri. Para peneliti membandingkan spesimen dari Buton dengan spesimen lain dari wilayah Wallacea, Papua, dan sekitarnya, menggunakan pengukuran morfometrik, pola sisik, dan analisis statistik.
Keunikan dan Perbedaannya dengan Jenis Lain
Spesies Dibamus oetamai memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dari kerabat dekatnya:
-
Bentuk tubuh silindris dan memanjang, berwarna cokelat muda dengan dua hingga tiga pita terang melintang di tubuhnya—fitur yang tidak ditemukan pada spesies lain seperti D. celebensis dan D. novaeguineae.
-
Ukuran kepala lebih kecil dan tubuh lebih ramping dibandingkan kerabatnya yang ditemukan di Papua.
-
Struktur sisik kepala dan jumlah sisik di tubuh bagian bawah menunjukkan perbedaan signifikan, termasuk jumlah sisik postokular (dua, bukan tiga atau empat seperti pada spesies lain).
-
Jantan memiliki tungkai belakang kecil berbentuk lembaran (flap-like), sementara betina benar-benar tidak memiliki kaki.
Asal-usul Nama
Nama Dibamus oetamai diberikan untuk menghormati Dr. Jakob Oetama (1931–2020), tokoh jurnalis dan salah satu pendiri Kompas Gramedia. Beliau dikenal sebagai pelopor jurnalisme yang menonjolkan humanisme dan berwawasan kebangsaan. Penggunaan nama “oetamai” adalah bentuk penghormatan atas kontribusinya yang besar terhadap dunia pers dan penyebaran ilmu pengetahuan di Indonesia.
Kesimpulan
Penemuan Dibamus oetamai menambah kekayaan herpetofauna Indonesia dan menegaskan pentingnya konservasi hutan tropis di pulau-pulau kecil seperti Buton. Meskipun tampak kecil dan tersembunyi, kadal ini adalah bagian penting dari ekosistem tanah. Penemuan ini juga membuka peluang riset lanjutan untuk memahami lebih jauh evolusi, penyebaran, dan keanekaragaman hayati reptil bawah tanah yang jarang terdeteksi ini.
Glosarium
sisik postokular: sisik yang terletak pada bagian belakang mata atau setelah mata
Sumber Informasi dan Foto: Prasetyo, M. D., Yudha, D. S., Amarasinghe, A. A. T., Ineich, I., Gillespie, G. R., & Riyanto, A. (2025). A new blind skink (Reptilia: Dibamidae: Dibamus) from Buton Island, Indonesia. Taprobanica: The Journal of Asian Biodiversity, 14(1), 25–38. https://doi.org/10.47605/tapro.v14i1.349
Penulis dan penyunting : Hani