Pahami dan Cegah: Penyakit Pada Saluran Urin Kura-Kura Sulcata

Pahami dan Cegah: Penyakit Pada Saluran Urin Kura-Kura Sulcata

Secara umum, kura-kura dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar, yakni kura-kura darat (tortoises) dan kura-kura air tawar (turtles). Salah satu jenis kura-kura darat yang cukup populer sebagai hewan peliharaan adalah kura-kura sulcata, yang memiliki nama ilmiah Centrochelys sulcata. Spesies ini bukan satwa asli Indonesia, melainkan berasal dari wilayah gurun di benua Afrika. Popularitasnya di kalangan pecinta reptil cukup tinggi karena pola pada karapasnya (cangkang) yang unik dan menarik.

Salah satu gangguan kesehatan yang kerap terjadi akibat pola pemeliharaan yang kurang tepat adalah urolithiasis, yaitu pembentukan batu (kalkuli) di saluran kemih. Artikel ini merangkum sebuah laporan kasus nyata yang dialami oleh seekor sulcata bernama Yuka, serta penanganan medis yang berhasil dilakukan oleh tim dokter hewan Universitas Udayana.

Komposisi Diet yang Sesuai

Sebagai herbivora, kura-kura sulcata membutuhkan asupan tinggi serat dan kalsium dari sumber yang tepat. Diet ideal untuk sulcata meliputi: rumput-rumputan dan jerami kering, Daun-daunan rendah oksalat seperti mulberry dan kaktus, camilan seperti labu, daun mint, dan daun anggur dalam jumlah terbatas.

Sayuran hijau seperti kangkung, bayam, sawi, dan brokoli sebaiknya dihindari karena mengandung oksalat tinggi. Oksalat dapat mengikat kalsium dan membentuk kristal yang berisiko menimbulkan batu di saluran kemih.

Selain itu, ketersediaan air minum bersih harus dijaga setiap waktu. Beberapa pemilik beranggapan bahwa air dari sayuran sudah cukup, padahal kura-kura tetap membutuhkan air bebas untuk membantu pengeluaran sisa metabolisme.

Yuka dan Evaluasi Kesehatannya

Yuka, seekor kura-kura sulcata betina berusia tiga tahun dengan berat 3,25 kg, dibawa ke Rumah Sakit Hewan Pendidikan Udayana dengan keluhan tidak nafsu makan, tidak buang air kecil maupun besar selama tujuh hari, serta tampak lemah.

Berdasarkan pengumpulan data, Yuka diberi pakan berupa kangkung, pepaya, pisang, dan belimbing, tanpa air minum tambahan. Pemeriksaan radiografi menunjukkan adanya batu di kandung kemih serta penggumpalan makanan di lambung. Urin tampak keruh, berbuih putih, dan adanya darah.

Terapi dilakukan pada kura-kura kasus dengan pengangkatan batu (kalkuli) dari kandung kemih menggunakan alat khusus bernama Rochester Carmalt hemostatic forceps. Batu yang dikeluarkan berwarna putih kecokelatan, permukaannya kasar, dan bentuknya tidak teratur, menyerupai kerikil.

Setelah batu berhasil dikeluarkan, kura-kura diberikan suntikan antibiotik dan beberapa obat tambahan. Tujuh hari setelah pengobatan, kondisi kura-kura membaik—sudah kembali aktif dan bisa buang air kecil dengan normal. Untuk mencegah kejadian serupa, pemilik disarankan untuk tidak memberikan makanan yang tinggi purin dan kalsium berlebih, karena dapat memicu terbentuknya batu di saluran kemih lagi.

Upaya Pencegahan

Kasus urolithiasis pada kura-kura sulcata seperti yang dialami Yuka dapat dicegah dengan beberapa langkah sederhana namun penting:

  1. Berikan pakan yang sesuai
  2. Hindari sayuran tinggi oksalat seperti kangkung dan bayam.
  3. Sediakan air minum bersih secara konsisten.
  4. Perhatikan perubahan perilaku, terutama penurunan nafsu makan dan aktivitas buang air.
  5. Konsultasikan ke dokter hewan jika muncul gejala mencurigakan.

Keseimbangan nutrisi dan hidrasi merupakan kunci utama dalam menjaga kesehatan kura-kura peliharaan, khususnya untuk spesies seperti sulcata yang berasal dari lingkungan ekstrem. Dengan perawatan yang tepat, kura-kura sulcata dapat hidup sehat dan panjang umur di lingkungan domestik.

Penulis: Rahmitha Auliya
Penyunting: Hani
Sumber Gambar: Ady K.

Sumber artikel: Aristawati, I. D. A. I., Sibang, I. N. A. N., Batan, I. W., & Anthara, M. S. (2022). Penanganan urolithiasis disertai hematuria pada kura-kura sulcata (Treatment of urolithiasis with hematuria in sulcata tortoises): A case report. Indonesia Medicus Veterinus, 11(3), 424–436. https://doi.org/10.19087/imv.2022.11.3.424