Mandar Biru: Si Unggas Air Berwarna Cerah

Mandar Biru: Si Unggas Air Berwarna Cerah

Porphyrio porphyrio, atau dalam bahasa umum dikenal sebagai mandar biru, adalah salah satu jenis burung air yang mencolok dan menarik berkat warnanya yang cerah dan keunikan perilakunya. Burung ini dapat ditemukan di wilayah-wilayah beriklim hangat, terutama di rawa-rawa, danau, atau wilayah berair dengan vegetasi yang lebat. Populasi mandar biru tersebar luas di berbagai wilayah, mulai dari Eropa, Asia, hingga Australia.

Ciri Khas Morfologi

Porphyrio porphyrio memiliki ciri morfologi yang sangat mudah dikenali. Tubuh burung ini berukuran sedang, dengan panjang sekitar 45-50 cm. Salah satu ciri yang paling mencolok adalah bulu tubuhnya yang berwarna hitam dengan campuran biru dan ungu mengkilap pada bagian dada dan punggungnya. Burung ini juga memiliki paruh dan bagian dahi yang berwarna merah terang hingga oranye, memberikan kontras yang indah dengan warna bulu tubuhnya.

Kakinya panjang dan berwarna merah, lengkap dengan jari-jari kaki yang besar dan kuat untuk mempermudah berjalan di atas vegetasi air yang mengapung. Ekornya pendek, sering kali terlihat berkibar-kibar ketika burung ini sedang bergerak.

Kebiasaan dan Makanan

Manda biru adalah burung yang aktif di siang hari, mereka sering kali terlihat berjalan di atas tumbuhan air atau di tepi danau dan rawa. Makanan utamanya adalah vegetasi air, seperti daun dan tunas tanaman air. Namun, burung ini juga dapat memakan serangga kecil, ikan kecil, dan hewan air lainnya. Dengan paruhnya yang kuat, mereka dapat menarik dan merobek tanaman air untuk diambil bagian-bagian yang lunak dan bernutrisi.

Dalam hal reproduksi, mandar biru biasanya membuat sarang dari tumpukan tumbuhan air yang mereka kumpulkan. Sarang ini biasanya diletakkan di daerah yang sulit diakses oleh predator, seperti di atas air yang dangkal atau di tengah-tengah tumbuhan air yang rapat. Betina biasanya bertelur sebanyak 3-6 butir, yang akan dierami oleh kedua induknya. Setelah menetas, anak-anak burung ini akan dirawat oleh induknya selama beberapa minggu hingga cukup kuat untuk mencari makan sendiri.

Status Konservasi

Untuk saat ini, International Union for Conservation of Nature (IUCN) menambahkan hewan ini pada kategori “Least Concern” (Risiko Rendah). Hal ini berarti populasinya masih dianggap stabil di banyak wilayah, dan spesies ini belum menghadapi ancaman kepunahan yang signifikan secara global.

Meskipun demikian, beberapa populasi lokal mungkin menghadapi ancaman akibat hilangnya habitat, terutama karena perubahan ekosistem rawa dan lahan basah oleh aktivitas manusia. Oleh karena itu, upaya konservasi yang fokus pada pelestarian habitat basah sangat penting untuk memastikan keberlangsungan hidup burung ini di masa depan.

Penulis: Hani