Ular Viper Timur, Si Menawan nan Mematikan

Ular Viper Timur, Si Menawan nan Mematikan

Ular viper timur (Trimeresurus insularis) atau yang dikenal juga dengan sebutan White-Island Pitviper adalah salah satu ular berbisa dari Indonesia. Ular jenis ini memiliki warna yang cukup mencolok dan dilengkapi dengan mata yang menatap tajam, menjadikan ular ini begitu mengagumkan bila dipandang mata. Kendati demikian, ternyata ular jenis ini memiliki bisa yang berbahaya bagi manusia.

Ciri Fisik
Ular viper timur yang mempunyai warna utama biru, hijau, atau kuning umumnya dilengkapi dengan bagian tengah yang berwarna putih atau kuning. Selain itu, mata dari ular ini juga unik dengan warna yang bervariasi seperti kuning, merah, dan abu-abu.

Seperti halnya bagian tubuh lain, warna ekor ular viper timur juga bervariasi mulai dari oranye, merah atau bahkan merah muda.

Ukuran ular ini sendiri diketahui berkisar antara 60-90 cm. Bentuk kepalanya cukup lebar hingga terlihat seperti mempunyai leher. Terdapat juga lubang pendeteksi panas yang terletak di kedua sisi kepala. Fungsi dari bagian ini adalah menangkap radiasi inframerah yang dapat membantu ular viper timur mendeteksi mangsa berdarah panas.

Habitat
Ular ini umum dijumpai di Kepulauan Sunda Kecil (Flores, Lombok, Lembata, Sumba, Pantar, Sumbawa, Wetar, dan Timor). Menariknya, sebagian besar ular jenis ini umumnya berwarna hijau yang lebih sering dijumpai.

Khusus untuk individu berwarna kuning hanya terdapat di Pulau Timor dan Pulau Wetar, sedangkan individu berwarna biru terdapat di Pulau Komodo. Namun, di beberapa pulau tersebut tetap terdapat individu berwarna hijau.

Ular jenis ini sering mendiami hutan dataran rendah, persawahan, perkebunan, belukar, dan dapat ditemukan di hutan bambu.

Diketahui bahwa ular ini cenderung lebih aktif di malam hari, umumya memangsa kodok, tikus, cicak, kadal, burung, dan mamalia kecil.

Gigitan dan Bisa
Ular viper timur memiliki tipe gigi Solenoglypha. Tipe gigi ini biasanya sangat panjang dan dapat dilipat pada rahang bagian atasnya. Ular ini diketahui memiliki bisa jenis hemotoksin yakni racun pelumpuh sistem sirkulasi darah.

Gigitan dari ular ini cukup berbahaya, seseorang yang tergigit ular ini biasanya akan mengalami rasa sakit yang hebat. Korban akan merasa panas di area gigitan hingga melepuh, pembengkakan, bahkan dapat menyebabkan kerusakan jaringan pada area gigitan. Rasa nyeri dan kaku akan meluas secara perlahan ke seluruh bagian yang tergigit.

Meskipun memiliki bisa yang cukup berbahaya, cukup jarang terdapat kasus hingga menyebabkan kematian.

Perkembangbiakan
Ular eksotik ini berkembang biak secara ovovivipar. Setelah melalui proses perkawinan, ular betina akan bertelur di dalam tubuh dan melahirkan anaknya. Dalam sekali bertelur, ular jenis ini mampu menghasilkan sekitar 10-20 ekor anak. Masa kawin ular jenis ini diketahui terjadi pada bulan November-Desember.

Konservasi
Populasi ular ini di habitatnya masih kurang diperhatikan (least concern) menurut daftar merah International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) pada tahun 2024. Di Indonesia sendiri ular jenis ini juga tidak dikategorikan sebagai satwa yang dilindungi karena populasinya yang cenderung aman dan tidak ada ancaman.

Meskipun demikian, menjadikan satwa ini sebagai peliharaan sangat tidak direkomendasikan. Selain memiliki bisa yang berbahaya, kelestarian satwa ini di habitat aslinya juga perlu dijaga untuk keseimbangan ekosistem.

Penulis: Lingga Heru Prasetio