Kakatua Raja, Kakatua Paling Besar yang Hampir Terancam

Kakatua Raja, Kakatua Paling Besar yang Hampir Terancam

Indonesia, dengan kekayaan biodiversitasnya, merupakan rumah bagi berbagai jenis kakatua yang memukau. Bahkan, kakatua memiliki hari perayaan nasional yang ditetapkan setiap tanggal 16 September. Salah satu jenis kakatua yang terkenal dengan keunikannya adalah kakatua raja atau palm cockatoo (Probosciger aterrimus).

Memili Ukuran Tubuh Menakjubkan

Hewan yang menempati wilayah bagian Timur ini (Papua, Papua Nugini dan Australia) adalah penghuni hutan hujan tropis dengan ukuran tubuh yang menakjubkan. Ketika dewasa, panjang tubuh kakatua raja dapat berkisar antara 55 – 60 cm dengan bobot mencapai 1,2 kg.

Kakatua raja mempunyai tubuh, paruh, jambul dan ekor yang seluruhnya berwarna hitam dengan pipi yang berwarna merah. Burung ini merupakan hewan herbivora yang memakan biji-bijian, buah-buahan dan biji dari benih pohon yang ditemukan di hutan hujan tropis.

Kehidupan Sosial Kakatua Raja

Kakatua raja membangun sarang di lubang pohon. Mereka memiliki masa hidup rata-rata 40 hingga 60 tahun dengan tingkat reproduksi yang rendah. Kakatua raja betina hanya menghasilkan satu butir telur yang dierami selama 30 hari.

Ketika menetas, warna bulu mereka terdiri dari abu-abu hingga hitam, selain itu bulunya juga halus dan tidak terlalu padat menutupi tubuhnya. Anak kakatua raja biasanya dapat terbang setelah 100 hari, namun seringkali masih membutuhkan bantuan dan arahan dari sang induk.

Seperti kakatua lainnya, kakatua raja juga dapat bersuara dengan keras, mereka akan berteriak ketika merasa terancam.

Populasi Kakatua

Saat ini, kakatua raja memiliki status Near Threatened (hampir terancam) dengan populasi yang tersisa sekitar 260.000 – 460.000 individu (IUCN Red List). Tren populasi kakatua raja menurun, hal ini disebabkan karena perburuan liar dan perusakan habitat.

Di Indonesia, kakatua raja merupakan hewan yang dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri LHK No. P106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi.

Penulis: Aas Ratnasari