Binturong, Beruang Kucing Asia yang Eksis

Binturong, Beruang Kucing Asia yang Eksis

Asia merupakan satu dari lima benua yang menyimpan kejutan alam menakjubkan. Memiliki  jutaan makhluk hidup unik. Menyedot banyak perhatian dunia, termasuk salah satunya  binturong.  

Masuk ke dalam kelas mamalia, beruang kucing (binturong) ternyata sama sekali tidak  berkerabat dengan beruang maupun kucing.  

Dalam catatan taksonomi, satwa ini berasal dari keluarga musang dan garangan, atau  Viverridae bernama latin Arctictis binturong oleh Thomas Stamford Raffles pada tahun 1821  di Malaysia. 

Sering ditemukan beristirahat di atas pohon, binturong memiliki tubuh yang ditutupi rambut  kasar berwarna abu-abu hingga hitam dengan ukuran tubuh maksimal sepanjang 95 cm dan  ekor prehensil mencapai 90 cm. 

Ekor prehensil pada binturong tidak memiliki keterkaitan dengan pola makan. Namun membantunya untuk berpidah seperti menggenggam dahan pada pohon dan mencegah terjatuh ketika memanjat maupun turun. 

Penguasa Genus Arctictis 

Binturong adalah satu-satunya hewan pada genus Arctictis. Sedangkan pada tingkatan sub spesies, peneliti menduga setidaknya terdapat sembilan jenis binturong yang tersebar di Asia. Tetapi hanya tujuh subspesies yang dapat diidentifikasi secara genetik dan morfologi. 

Di Indonesia, binturong terbagi menjadi tiga jenis: Binturong Jawa, Binturong Sumatera, dan Binturong Borneo. Meskipun ketiganya memiliki tampilan fisik yang hampir sama, terdapat perbedaan pada warna rambut mereka. Binturong Jawa memiliki rambut yang dominan berwarna abu-abu, sementara Binturong Sumatera memiliki rambut yang berwarna hitam. Pada Binturong Borneo, rambut di bagian kepala berwarna abu-abu dan berangsur-angsur menjadi lebih gelap menuju ekor.

Memiliki Banyak Bakat 

Meskipun termasuk ke dalam kelompok karnivora, binturong menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menikmati buah-buahan dan membantu penyebaran biji dengan meningkatkan kemampuan germinasi biji buah melalui pencernaannya. 

Apabila diperlukan, binturong dapat memangsa hewan-hewan kecil seperti tikus, burung, cacing dan serangga untuk memenuhi kebutuhan proteinnya.

Selain itu, sebagai perenang andal, pada musim panas atau suhu lingkungan cukup tinggi, binturong dapat berenang dan menyelam ke dalam air untuk mendinginkan tubuhnya dan  berburu ikan. 

Beraroma seperti Berondong Jagung 

Terkenal dengan keunikan aroma pada tubuhnya, binturong memiliki kebiasaan menandai wilayahnya dengan cara meninggalkan aroma yang mirip seperti berondong jagung, roti bakar  atau terkadang seperti nasi hangat. 

Selain untuk menandai wilayah kekuasaan, aroma ini juga untuk berkomunikasi dengan  kawanannya dan menarik perhatian lawan jenis. 

Melansir jurnal ilmiah oleh The Science of Nature, aroma binturong disebabkan oleh adanya kandungan senyawa 2-acetyl-1-pyrroline (2-AP) pada yang dihasilkan oleh kelenjar khusus  pada bagian bawah ekor binturong. 

Melalui penelitian tersebut, diketahui jumlah senyawa 2-AP pada jantan lebih banyak  dibandingkan betina. Kuat dugaan karena sirkulasi hormon androstenedione yang berbeda pada  setiap gender binturong. 

Senyawa tersebut dibentuk melalui reaksi asam amino jenis prolin dengan degradasi glukosa pada bagian kelenjar binturong. Kemudian, senyawa tersebut melakukan kontak dengan bakteri  dan mikroorganisme lainnya, sehingga aromanya dapat bertahan lama. Bahkan ketika  binturong sudah berpindah posisi.

Kehidupan Sosial  

Umumnya satwa ini berinteraksi dalam kelompok kecil. Bahkan cenderung soliter. Untuk berkembang biak, mereka tidak memiliki musim kawin yang tetap. Betina akan mengandung selama tiga bulan dan melahirkan 2- 6 ekor anak yang bergantung pada induknya selama kurun waktu 6-8 minggu. 

Hal ini didasari pada kondisi mata dan pendengaran yang belum berfungsi dengan baik ketika anak binturong lahir. Kemudian, binturong remaja akan memasuki usia siap kawin setelah 2-3  tahun. Pada kondisi lingkungan yang sehat, binturong dapat hidup hingga mencapai usia 26  tahun. 

Satwa ini juga cenderung menghindari konflik antaranggota. Satu-satunya ancaman terbesar  bagi kehidupan mereka adalah kehadiran manusia. Hilangnya habitat binturong karena  degradasi dan fragmentasi hutan akibat alih fungsi lahan untuk memenuhi kebutuhan manusia.  

Selain itu juga karena pemanfaatan dagingnya sebagai obat tradisional, populasinya tercatat terancam. Hingga saat ini, dalam data milik International Union for Conservation of  Nature (IUCN) Red List, statusnya ditetapkan sebagai vulnerable atau rentan.

Penulis: Hani