Perkici pelangi atau yang sering juga disebut nuri pelangi (Rainbow Lorikeet) memiliki nama latin Trichoglossus haematodus. Satwa ini merupakan jenis burung dalam keluarga Psittacidae yang memiliki bulu cantik berwarna-warni. Sayangnya, burung ini memiliki ancaman kematian masal.
Ciri-ciri Fisik
Perciki pelangi merupakan salah satu jenis burung beo yang memiliki bulu berwarna biru, hijau, oranye, merah, dan kuning. Paruh bengkoknya berwarna oranye kemerahan. Burung ini berukuran sedang dengan panjang tubuh 25-30 cm dan lebar sayap kurang lebih 46 cm. Beratnya 75 sampai 137 gram dan dapat hidup hingga 30 tahun. Ujung lidah mempunyai sikat panjang, atau papila, yang membantunya mengumpulkan serbuk sari dan nektar. Bentuk ekor burung ini lancip dan panjang.
Habitat dan Perilaku
Burung ini tersebar dari Indonesia (Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Bali) Singapura, Papua Nugini, Australia, Kaledonia Baru, Kepulauan Solomon sampai ke Vanuatu. Mereka hidup di berbagai habitat seperti hutan hujan, hutan mangrove, semak-semak di pesisir pantai, dan daerah perkotaan. Mereka bersifat sosial, aktif, dan berisik. Mereka makhluk sosial yang bepergian secara berpasangan atau dalam kawanan kecil, meskipun mereka akan berpencar setelah menemukan sumber makanan.
Perkici pelangi adalah herbivora yang memakan buah, serbuk sari, dan nektar. Mereka adalah penerbang yang kuat dan melakukan perjalanan jauh antara tempat makan dan bertengger. Perkici pelangi sering dianggap sebagai hama di beberapa lingkungan pertanian karena kecenderungan mereka untuk mencabuti buah yang sudah matang dari pohon. Padahal mereka berkontribusi dalam penyerbukan dengan memindahkan serbuk sari di antara bunga-bunga dan sebagai penyebar biji atau petani hutan alami.
Status Konservasi dan Ancaman
Perkici pelangi dikategorikan sebagai hewan Least Concern (spesies risiko rendah) dalam IUCN (International Union for Conservation of Nature) Redlist. Namun, dikarenakan hilangnya habitat, penangkapan untuk perdagangan, dan dianggap sebagai hama menjadi ancaman bagi populasi mereka. Selain itu, ditemukan ancaman baru yaitu Lorikeet Paralysis Syndrome.
Ancaman Mematikan
Ribuan Perkici pelangi telah mati sebab terkena Lorikeet Paralysis Syndrome (LPS) atau sindrom kelumpuhan. Penyakit musiman ini sudah menyerang burung perkici pelangi di New South Wales bagian utara dan Queensland bagian selatan, Australia. Sindrom ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 2010, dengan gejala yang meliputi cara berjalan yang goyah, kelumpuhan sayap, ketidakmampuan untuk berkedip atau menelan, dan tingkat kelumpuhan yang bervariasi.
Penyebab penyakit ini tidak diketahui, namun diduga ada racun tanaman yang terlibat. Para ilmuwan percaya bahwa sumber makanan yang biasa digunakan burung-burung tersebut dihancurkan oleh curah hujan yang tinggi, sehingga memaksa mereka untuk memakan sumber makanan alternatif yang mungkin mengandung racun yang terbentuk pada tanaman akibat hujan ekstrim dan panas. Terdapat kekhawatiran bahwa wabah penyakit akan menjadi lebih umum seiring dengan memburuknya perubahan iklim dan kejadian cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi.
Penulis : Inge Oktavianti