Secara kasat mata, awam melihat Binturong seperti kucing dan beruang. Namun secara taksonomi Binturong memiliki kekerabatan dekat dengan musang hanya saja berbeda marga.
Memang Binturong mirip sekali dengan Musang akar (Arctogalidia trivirgata). Namun bedanya moncong Musang akar lebih panjang daripada Binturong.
Satwa arboreal ini memiliki tubuh yang berukuran besar dengan ekor yang besar dan panjang. Panjang tubuh Binturong dapat mencapai 60 – 95 cm. Sedangkan ekornya bisa antara 50 – 90 cm. Bobotnya sekitar 6 – 14 kg bahkan bisa mencapai 20 kg. Memiliki rambut yang panjang dengan warna rambut hitam ke abu-abuan seperti beruban di seluruh tubuhnya.
Ujung telinga Binturong memiliki rambut yang memanjang. Sedangkan ekornya berambut tebal dan panjang berwarna hitam terutama di bagian mendekati pangkal.
Binturong betina memiliki pseudo-penis atau penis palsu, organ yang khas dan langka ditemui di makhluk lainnya. Binturong betina melahirkan 2 – 6 anak setelah mengandung selama kurang lebih 91 hari.
Kekhasan Morfologi Binturong
Ekor pada Binturong mengadaptasi morfologinya. Hal ini membantunya berpegangan pada dahan, karena tergolong satwa arboreal. Bahkan ekornya ini kerap disebut kaki kelima yang dapat memudahkannya pada saat mencari makan ataupun berjalan di dahan.
Kaki belakangnya dapat ia putar ke belakang untuk memegang batang pohon, sehingga dapat turun dengan cepat dengan kepala lebih dulu. Oleh sebab itu, spesies ini pandai memanjat dan melompat dari dahan ke dahan lain dengan sangat baik. Spesies ini pun tidak bergerak dengan tergesa-gesa di di atas pohon.
Cakarnya berkuku tajam dan melengkung, memungkinkan perpegangan walaupun sedang meraih makanannya di ujung ranting pohon.
Uniknya Binturong mengeluarkan semacam bau dari kelenjar di bawah pangkal ekornya. Bau ini mereka gunakan untuk menandai wilayah kekuasaannya.
Ekologi habitat dan Persebaran
Binturong merupakan satwa arboreal dan jarang sekali turun ke tanah. Ia memakan burung-burung kecil, telur dan hewan-hewan kecil lainnya, serta buah-buahan.
Sampai saat ini Binturong merupakan satu dari dua spesies yang memiliki kemampuan mencerna dan melunakkan lapisan keras pada selubung luar biji tumbuhan beringin pencekik.
Perannya di alam sebagai spesies penting penyebar benih. Khususnya untuk pohon beringin pencekik atau tumbuhan tropis yang umum dapat kita jumpai di banyak hutan di dunia. Oleh karena itu Binturong merupakan spesies penting bagi ekosistem hutan hujan.
Saat ini, Binturong tersebar mulai dari Bangladesh, Bhutan, Brunei Darussalam, Kamboja, China, India. Selain itu juga di Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Filipina, Thailand, Vietnam dan Indonesia. Di Indonesia, Binturong tersebar di Jawa bagian barat, Kalimantan dan Sumatra.
Pengekangan satwa ini dari kebebasan alaminya untuk hidup dan berkembang biak berdampak pada ketidakseimbangan ekologisnya.
Ancaman dan Status Konservasi
IUCN Redlist menyebut, satwa ini masuk kategori status konservasi vulnerable (VU) atau rentan. Selain itu Binturong masuk ke dalam daftar CITES Appendix III. Pemerintah Indonesia pun memutuskan melindungi satwa ini.
Menurunnya populasi Binturong karena perburuan dan rusaknya hutan sebagai akibat penggundulan hutan dan kebakaran hutan. Seringkali satwa ini diburu untuk oknum perdagangkan dalam pasar gelap dan menjadi hewan peliharaan di rumah.
Tren populasi Binturong perkiraannya terus menurun hingga lebih dari 30 % dalam 30 tahun terakhir. Bagian-bagian tubuhnya kerap masyarakat sekitar hutan gunakan sebagai obat tradisional.
Ancaman utama di depan mata yang Binturong hadapi adalah hilangnya habitat dan rusaknya hutan akibat penebangan pohon dan pengalihan fungsi hutan untuk menjadi lahan non hutan.
Penulis: A. Zenobia Anwar
Editor: Ari Rikin
Sumber: CITES, IUCN Redlist