Owa ungko (Hylobates agilis) merupakan satu dari delapan spesies endemik Indonesia. Di alam populasi spesies endemik asal Pulau Sumatra ini terancam. Perilaku antropogenik seperti perburuan, perdagangan untuk hewan peliharaan, pemanfaatan owa untuk obat tradisional dan sumber makanan menjadi penyebabnya.
Selain itu konversi hutan menjadi perkebunan kopi, karet dan tanaman lainnya menyebabkan penurunan populasi dan menyempitnya habitat Owa ungko.
Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN) Owa ungko masuk kategori Endangered (EN). Sedangkan menurut Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES) masuk dalam kategori Appendix I.
Owa ungko juga masuk dalam daftar satwa dilindungi. Peraturan Pemerintah RI No 7 Tahun 1999 Tentang Tumbuhan dan Satwa Liar dan Peraturan Pemerintah RI No 8 Tahun 1999 Tentang Pengawetan dan Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar Terancam Punah mengatur hal itu.
Begitu juga Keputusan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Nomor: SK.180/IV- KKH/2015. Oleh sebab itu segala upaya konservasi Owa ungko menjadi prioritas.
Kerusakan Habitat Membuat Kehidupan Owa ungko Memprihatinkan
Saat ini keberadaan Owa ungko di alam semakin memprihatinkan. Kerusakan habitat menjadi salah satu sebab semakin menurunnya populasi satwa ini. Kerusakan habitat terjadi karena perilaku manusia. Eksploitasi sumber daya alam menjadi salah satu faktor yang mempercepat kerusakan habitat Owa ungko. Hal ini sangat mempengaruhi populasi dan keberadaan satwa ini.
Illegal logging dan perburuan menjadi penyebab dominan kerusakan habitat owa. Penebangan hutan untuk industri (industrial logging) yang semakin tidak terkontrol selama puluhan tahun menyebabkan deforestasi dan degradasi hutan tropis dalam skala masif.
Fragmentasi hutan ini menurunkan kualitas habitat akibat berkurangnya vegetasi; pohon tidur dan pohon sumber pakan owa di alam.
Perburuan dan Ancaman Zoonosis
Sementara itu, perburuan juga menyebabkan penurunan populasi Owa ungko. Perburuan terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat akan nilai-nilai konservasi dan sumber daya alam. Masyarakat berburu Owa ungko untuk mereka jadikan hewan peliharaan di rumah karena dianggap hewan yang lucu.
Padahal di balik kelucuannya, Owa ungko dapat membawa penyakit menular (zoonosis) ke dalam rumah pemelihara.
Selain menjadi peliharaan, sejumlah masyarakat Sumatra mempercayai meminum rebusan batu empedu Owa ungko jadi obat tradisional yang multifungsi. Namun sayangnya, kurangnya pengetahuan akan fungsi satwa di alam membuat masyarakat masih memburunya.
Ironisnya lagi, pengamanan dan pengawasan daerah-daerah konservasi masih terkesan longgar. Lemahnya peran aparat ini dapat kita lihat dari banyaknya illegal logging yang terjadi pada habitat Owa ungko. Selain itu perdagangan, upaya pemeliharaan dan perburuan satwa ini masih terjadi.
Sumber: IUCN Redlist, Checklis of CITES Species, PP RI No 7 Tahun 1999
Taksonomi Hylobates agilis
Penulis : A. Zenobia Anwar
Editor : Ari Rikin